Sabtu, 15 Desember 2007
Pedoman meditasi secara mudah dalam kehidupan sehari-hari
Pedoman untuk melakukan meditas dengan cara yang paling mudah, bermeditasi hanya sebentar, namun menghasilkan “Kekuatan pikiran yang tinggi” yang berkesinambungan (berbuat sedikit tapi memberikan hasil yang banyak), serta memenuhi kebutuhan batin sehingga mampu menjadi manusia yang sempurna.
Meditasi itu cocok untuk siapa ?
Meditasi cocok/sesuai* untuk semua orang, baik untuk anak-anak ataupun dewasa; yang pernah berlatih meditasi ataupun yang belum pernah sama sekali sesuai juga bagi orang yang sibuk. Kita perlu mencari waktu dalam hidup sehari-hari untuk dapat bermeditasi walaupun hanya sebentar.
*(cocok/sesuai) untuk setiap jenis kelamin, untuk segala usia, untuk setiap kesempatan/waktu, disetiap tempat)
Bermeditasi adalah usaha untuk membuat pikiran menjadi tanpa emosi apapun. Bila sudah dapat bemeditasi secara teratur, maka pikiran akan ringan, santai dan timbul ketenangan, kebahagiaan.
Bagaimana caranya dan kapan kita bermeditasi ?
Hanya dengan memusatkan pikiran untuk melafal kata Buddho di dalam hati. Setiap kali selama 5 menit. Setiap kali berjalan, duduk, ataupun tidu. Dalam 1 hari dibagi menjadi 3 waktu (pagi, siang, sore) disesuaikan dengan waktu yang ada.
Keseluruhannya menjadi 15 menit setiap hari dan harus dilakukan secara terus-menerus setiap hari tidak boleh terputus.
Bila dapat melakukan hal ini, dalam waktu 1 bulan berarti secara keseluruhan mencapai waktu 7 jam setengah (450 menit/bulan).
Ini merupakan batas waktu paling sedikit agar seseorang dapat menjalani kehidupan dengan perasaan bahagia (Batas waktu minimal dalam bermeditasi adalah 6 jam/bulan).
Sejarah Sangha Theravada Indonesia
Hingga pada pertengahan tahun 1970an umat Buddha di Indonesia terdiri dari banyak organisasi. Pada masa itu ada beberapa organisasi umat Buddha yang aktif di bidang pembinaan keagamaan tidak dibina oleh Sangha (yang ada waktu itu). Organisasi umat Buddha itu antara lain. Tridharma, Buddhis Indonesia, Persaudaraan Buddhis Indonesia, Federasi Buddhis Indonesia; juga ada banyak umat Buddha yang tadinya bergabung dengan organisasi umat Buddha yang telah ada, namun mereka keluar karena berpendapat tidak sesuai dengan kebijakan organisasinya. Para pimpinan organisasi umat Buddha ini sangat mendambakan agar umat Buddha anggota mereka mendapat pembinaan dari sangha, namun karena perbedaan organisasi (bukan organisasi yang dibina langsung oleh sangha) maka keinginan tersebut tidak terpenuhi. Keinginan mereka di antaranya adalah adanya khotbah, ceramah, penahbisan pandita, upasaka, pemberkahan perkawinan, rumah, kantor, dlsb. oleh sangha atau anggota sangha.
Di samping itu ada beberapa anggota sangha (dari sangha yang ada pada waktu itu berpendapat dalam banyak hal tidak ada persesuaian pemikiran, utamanya dalam hal kebijakan dalam pembinaan umat Buddha di Indonesia dan cara kepemimpinan. Dalam hal organisasi sangha menurut mereka pimpinan tidak terbuka, karena sudah beberapa tahun tidak ada rapat umum (mahasamaya), padahal mahasamaya seharusnya dilaksanakan setiap tahun.
Sementara itu ada beberapa bhikkhu muda yang baru beberapa tahun di upasampada di luar negeri dan telah berada di tanah air, juga ada beberapa bhikkhu yang di upasampada di Indonesia, yang umumnya bukan anggota (organisasi) sangha yang telah ada di Indonesia. Dalam pembinaan mereka terhadap umat Buddha di Indonesia selama beberapa tahun, telah melihat, mendengar dan menemukan kondisi umat Buddha yang tidak mendapat pembinaan dari organisasi sangha yang telah ada, begitu pula dengan informasi-informasi dari anggota sangha yang tidak sejalan dengan kebijakan organisasi dan pimpinan sangha yang ada. Di samping itu para bhikkhu baru ini dituntut oleh umat agar mematuhi dan melaksanakan vinaya kebhikkhuan sesuai dengan patimokkha yang tercantum dalam Tipitaka.
Berdasarkan adanya situasi dan kondisi umat Buddha di Indonesia
seperti itulah, maka pada sore hari tanggal 23 Oktober 1976, bertempat di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah Putih), Semarang, beberapa orang bhikkhu dan tokoh umat yaitu: Bhikkhu Aggabalo, Bhikkhu Khemasarano, Bhikkhu Sudhammo, Bhikkhu Khemiyo dan Bhikkhu Nanavutto; Bapak Suratin MS, Bapak Mochtar Rasyid, dan Ibu Supangat, ketika sedang membicarakan hal yang penting ini, muncul
pertanyaan apakah para bhikkhu tega membiarkan umat tak dibina? Pada hal sesuai dengan perintah Sang Buddha kepada para bhikkhu yang dikirim sebagai dhammaduta pertama (yaitu 60 bhikkhu arahat, lihat Vinaya Pitaka IV) ke berbagai penjuru adalah untuk membabarkan dhamma! Juga banyak pertanyaan tentang permasalahan kehidupan beragama Buddha di Indonesia yang harus diselesaikan berdasarkan
kerjasama sangha dan umat. Demi memenuhi kehendak umat dan panggilan kewajiban, maka diskusi tercetuslah ide untuk membentuk sangha baru.
Pembentukan sangha baru perlu pertimbangan yang banyak, antara lain bukan dibentuk untuk menyaingi sangha yang sudah ada, namun hanya untuk memfasilitasi kebutuhan umat dalam hal pembinaan. Juga para bhikkhu yang akan membentuk sangha baru bukan anggota sangha yang telah ada. Bhikkhu Khemasarano telah menjadi anggota sangha yang telah ada, tetapi dalam pembicaraan akan membentuk sangha yang baru beliau menyatakan akan keluar dari sangha itu dan bergabung dengan sangha yang akan dibentuk. Syarat jumlah bhikkhu yang disebutkan dalam Tipitaka minimal berjumlah empat orang bhikkhu. Dengan demikian kuorum membentuk sangha dapat dipenuhi oleh empat bhikkhu yang telah hadir dan bukan anggota sangha yang telah ada di Indonesia. Maka dalam pertemuan itu empat orang bhikkhu ini sependapat untuk membentuk sangha baru, dan Bhikkhu Khemasarano menyetujuinya dengan menyatakan sekaligus keluar dari sangha terdahulu. Dengan demikian terbentuklah sangha baru yang dinamakan Sangha Theravada Indonesia (STI) oleh lima orang bhikkhu tersebut. Pembentukan STI ini disambut baik oleh tokoh-tokoh umat yang hadir dan yang tidak hadir, sebab setelah: sangha dibentuk langsung diinformasikan ke berbagai organisasi dan tokoh-tokoh umat Buddha di seluruh Indonesia.
Setelah STI terbentuk langsung disambung dengan rapat sangha yang menggariskan bahwa STI akan dipimpin oleh seorang Sekretaris Sangha (Maha Lekkhanadikari) dan bukan oleh Ketua (nayaka), karena pertimbangannya adalah semua anggota STI merupakan para bhikkhu muda dan baru terdiri dari lima orang bhikkhu yang kepengurusannya masih mudah. Tugas adalah melaksanakan pembinaan umat Buddha di mana saja anggota berada dan atas permintaan umat (untuk mencegah friksi yang dapat muncul di antara sangha dan organisasi umat Buddha lain). Namun sebagai dharmaduta harus melayani siapa saja yang mengundang, demi pembabaran Buddha Dhamma.
Beberapa hari kemudian, Bhikkhu Aggabalo dan Samanera Tejavanto menemui Bhikkhu Girirakkhito Thera (di Jakarta) untuk menyampaikan telah berdirinya Sangha Theravada Indonesia. Setelah informasi ini disampaikan beliau berkata antara lain " ... baiklah karena teman-teman telah mendirikan STI, saya bergabung." Setelah pertemuan dengan Bhante Girl, bersama beliau (bertiga) langsung menghadap Dirjen Bimas Hindu dan Buddha, Dep. Agama RI, yang diterima oleh Dirjen, Bapak Puja, MA dan Sekditjen, Bpk drg. Willy Prajnasurya di kantor. Dalam pembicaraan dengan Bapak Dirjen, pembentukan STI dikritik, namun akhirnya beliau menerima apa adanya. Dengan demikian absahlah keberadaan STI di Indonesia karena telah diterima oleh umat dan
pemerintah.
Sumber :
30 tahun Pengabdian Sangha Theravada Indonesia, hal. 98-99
Diambil dari : http://samaggi-phala.or.id/berita/awal_sti.html
Senin, 10 Desember 2007
3 Tamu Istimewa
Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".
Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"
Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar".
"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali", kata pria itu.
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini".
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama" , kata pria itu hamper bersamaan.
"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut disebelahnya, "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.
Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba Tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk kerumahmu."
Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangka n sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baikjika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang. "
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita."
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."
Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.
"Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?"
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta.
Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."
Kamis, 06 Desember 2007
Jaga Jarak Diantara Kita
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab, "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."
"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"
Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satu pun jawaban yang memuaskan.
Sang guru lalu berkata, "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak,semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."
Sang guru masih melanjutkan , "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apa pun, keduanya bisa mendengarkan nya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?"
Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.
"Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."
Sang guru masih melanjutkan, "Ketika Anda sedang dilanda kemarahan, jangan lah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu Anda."
Kamis, 29 November 2007
Cintailah Aku Apa Adanya
Setelah tiga tahun dalam masa perkenalan dan dua tahun dalam masa pernikahan, harus saya akui bahwa saya mulai merasa lelah. Alasan-alasan saya mencintainya dahulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan pada dirinya. Suami saya jauh berbeda d ari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal. Suatu h ari , saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa ?", dia bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan". Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan d ari nya ? (gumam ku di dalam hati). Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya di dalam hati, saya akan merubah pikiran saya ". Sayangku, seandainya saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung, akan tetapi kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu kamu akan mati, apakah kamu akan melakukannya untukku ?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok". Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat. Disitu tertulis ... "Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya". K ali mat pertama ini menghancurkan hati saya, namun saya melanjutkan untuk membacanya.
" Kamu sering mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program-program di PC dan akhirnya menangis di depan monitor karena panik, namun saya selalu memberikan j ari -j ari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu dan membukakan pintu untukmu ketika pulang. Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. Kamu selalu pegal-pegal pada waktu "teman baikmu" datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal. Kamu senang diam di rumah dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi "aneh". Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami. Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku sambil tidur dan itu semua tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matah ari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu "
" Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena saya tidak sanggup melihat air matamu meng ali r menangisi kematianku. Sayangku, saya tahu ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih d ari apa yang dapat aku lakukan. Namun jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku tidak juga cukup bagimu, maka aku tidak akan bisa menahan dirimu menc ari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu ".
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.
" Sayang, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri didepan menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia ".
Saya segera berl ari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku. Oh… kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang d ari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta d ari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.
Minggu, 25 November 2007
Cinta dan Pernikahan
Senin, 19 November 2007
Suami Istri Ideal, Anggutara Nikaya
Bhagava. Setelah bersujud dan mengambil tempat duduk,
Nakulapita berkata,
"Bhante, sejak isteriku dibawa ke rumahku ketika aku masih anak-anak, ia juga masih anak-anak,
aku belum pemah berbuat asusila terhadapnya, baik dengan pikiran, apalagi dengan badan jasmani. Bhante, kami ingin untuk tetap bersama, tidak hanya dalam kehidupn sekarang, tetapi juga dalam kehidupan mendatang."
Kemudian Nakulamata berkata,
"Bhante, sejak aku dibawa ke rumah suamiku ketika aku masih anak-anak, ia juga masih anak-anak, aku belum pemah berbuat asusila terhadapnya, baik dengan pikiran, apalagi dengan badan jasmani. Bhante, kami ingin untuk tetap bersama, tidak hanya dalam kehidupan sekarang, tetapi juga dalam kehidupan mendatang."
Mendengar hal ini, Sang Bhaga va berkata,
"Jika sepasang suami isteri ingin untuk tetap bersama, baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan mendatang, dan keduanya mempunyai keyakinan yang sama, kebajikan yang sama, kemurahan hati yang sama dan kebijaksanaan yang sama, mereka akan tetap bersama dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan mendatang."
Sabtu, 17 November 2007
Sanggar Agung Temple
Surabaya - Jatim - Indonesia
Telp 031.3816133 - 34
Fax 031/5312849
Selasa, 13 November 2007
Ikan kecil
Sejak pagi ia berdiri di sana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air. Namun, tak satu juga ikan yg berhasil ia tangkap. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya..hup .. ia dapat menangkap seekor ikan kecil.
Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan, si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."
"Mengapa ?" tanya beruang.
"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu," rintih sang ikan.
"Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.
"Begini saja,tolong kembalikan aku ke sungai, setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar, di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku utk memenuhi seleramu." kata ikan.
"Wahai ikan, kau tahu kenapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang
"Mengapa?" ikan balas bertanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Karena aku tidak pernah menyerah walau sekecil apapun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan !" jawab beruang sambil tersenyum mantap.
"Ops !" teriak sang ikan.
Senin, 12 November 2007
Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya
LOKASI
Jl. Agung Permai XV/12 Blok C-3
Sunter Agung Podomoro, Jakarta Utara 14350
Telp : (021) 6414304, 64716739
Fax : (021) 6450206
Email : cakka@centrin.net.id
Website : www.dhammacakka.org
SEJARAH
Yayasan Jakarta Dhammacakka Jaya didirikan berdasarkan Akte Notaris Kartini Mulyadi, SH, tanggal 9 Maret 1981, No. 248. Yayasan ini merupakan suatu lembaga yang berdasarkan hokum dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang memprakarsai berdirinya sebuah vihara, terletak di Sunter Agung Podomoro dengan luas 8.640 m2 atas umbangan dari Pimpinan PT Agung Podomoro, bapak Anton Haliman. Kemudian vihara ini dikenal dengan nama Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, yang dalam pembinaan dan pengawasan oleh Sangha Theravada Indonesia.
Pemrakarsa berdirinya Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya tidak terlepas dari usaha dan kerja keras seorang bhikkhu berkebangsaan Thailand, Y.M. Phra Sombat Pavito Thera. Peletakan batu pertama pembangunan Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya dilaksanakan pada tanggal 2 Semptember 1982 pukul 09.00 WIB
SARANA
Pada tanggal 24 Agustus 1985, Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Munawir Sjadzali, M.A. dan didampingi oleh Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata dan Panglima Angkatan Darat Kerajaan Thailand, Jendral Athit Kamlang Ek. Dalam perjalanan ke depan, Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya memiliki beberapa fasilitas yang dapat dikunjungi oleh umat Buddha mancanegara, antara lain :
- Uposathagara
- Dhammasala
- Kuti
- Plaza Pohon Bodhi
- Replika Candi Pawon
- Perpustakaan Narada
KEGIATAN
Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan vihara, maka dibentuk Dayaka Sabha, yang memiliki masa bakti selam 2 (dua) tahun.
Kegiatan rutin yang diadakan di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya antara lain :
- Puja Bakti Umum : Minggu, pukul 09.09 - 11.00
- Sekolah Minggu : Minggu, pukul 09.30 – 11.00
- Puja Bakti Remaja : Minggu, pukul 09.30 – 11.00
- Kelas Dhamma : Minggu, pukul 12.00 – 14.00
- Puja Bakti Sore : Minggu, pukul 16.00 – 18.00
- Puja Bakti Mahasathi : Sabtu, pukul 16.00 – 18.00
- Pemeriksaan Kesehatan Gratis: Minggu, pukul 11.00 – 13.00
- Sabtu Akhir Bulan, pukul 11.00 – 13.00
- Pemberkatan Perkawinan : Sabtu, pukul 09.00 – 12.00
- Kursus Bahasa Mandarin : Sabtu, pukul 10.00 – 12.00
- Minggu, pukul 13.00 – 16.00
- Latihan Meditasi : Rabu, Kamis, Jumat, pukul 19.00 – 21.00
- Permohonan Sila : Hari Uposatha, pukul 05.30 – 06.00
- Puja Bakti Uposatha : Hari Uposatha, pukul 19.00 – 21.00
- Puja Bakti Lanjut Usia : Sabtu Akhir Bulan, pukul 10.00 - 12.00
- Ulang Tahun Bersama : Minggu Akhir Bulan, pukul 11.30 – 12.30
- Perpustakaan Narada : Selasa-Minggu, pukul 08.30 – 17.00
- Bursa Dhammacakka : Senin-Minggu, pukul 08.30 – 16.00
Selain kegiatan-kegiatan rutin tersebut, Dayaka Sabha Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya juga menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dilaksanakan secara berkala setiap tahun, antara lain :
- Perayaan Vesakha Puja
- Perayaan Vesakha Atthami Puja
- Perayaan Asalha Puja
- Perayaan Kathina dan Siripada Puja
- Perayaan Magha Puja
- Perayaan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia setipa tanggal 17 Agustus
- Perayaan HUT SIMA Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, yang jatuh pada tanggal 24 Agustus
- Donor darah, diselenggarakan tiga bulan sekali. Biasanya dilaksanakan pada hari Minggu, pukul 11.00 – 13.00
- Perayaan Tahun Baru Masehi
Kamis, 08 November 2007
Nikmatilah Kopinya, Bukan Cangkirnya
Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan professor itu mengatakan : "Jika kalian perhatikan, semua cangki yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang enjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."
"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi.Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan enyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."
"Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."
Senin, 29 Oktober 2007
Vihara Ratanavana Arama
Pimpinan Vihara : Bhante Sujano
Pendiri : Alm. Bhante Sudhamo Mahathera
Pemandangan : Puluhan pot dengan warna-warni bunga kemboja (Plumeria alba) tertata rapi di atas tembok pagar di sekitar kuti (tempat kediaman) bhante dan bangunan vihara. Bunga bugenvil dan aneka tanaman hias lainnya juga memperindah suasana. Burung prejak dan trocok indah berkicau. Menghadap kea rah barat, timur dan selatan, sawah serta perbukitan di kawasan Rembang selatan terlihat indah terhampar. Menghadap kea rah utara, puluhan kapal nelayan kecil menghiasi birunya Laut Jawa.
Sejarah awal :
Bhante Sudhamo setelah belajar Dhamma di Thailand, pada saat akan kembali ke Indonesia Ratu Thailand memberikan sejumlah uang untuk mendirikan vihara di Indonesia. Bhante Sudhamo kemudian membeli sebidang tanah di Sendangcoyo untuk membangun vihara. Awalnya hanya sekitar 1 hektare. Kini, berkat uluran tangan donatur, luas lahan vihara tersebut mencapai 6 hektare.
Mengapa pilihannya Lasem ?
Menurut Bhante Sujano, Lasem merupakan salah satu titik perkembangan agama Buddha di Indonesia sejak zaman Majapahit. Di desa Ngasinan, Warugunung, tak jauh dari Sendangcoyo, terdapat makan Brotocanti, salah satu keturunan Putri Campa. “Konon, Mahapatih Gajah Mada dulu pernah bersemedi di situ”
Dipilihnya desan Sendangcoyo sebagai temapt dibangunya vihara, karena daerah itu sepi dan nyaman. “Sendangcoyo cocok untuk melakukan meditasi”.
Yang menarik dari Vihara ini adalah :
Rangkaian patung Sidhartha Gaoutama, mulai dari awal kelahiran, sampai menjadi Buddha hingga wafat, yang terbagi atas empat situs patung.
Dari halaman bangunan vihara, naik sedikit melalui jalan bertangga, akan sampai pada :
Situs pertama. Di situs ini terdapat taman yang sejuk dilengkapi dengan patung Sidharta lahir, Dewi Mahamaya (ibunda Sidharta), gajah putih, ular naga raksasa sepanjang 25 meter, serta tujuh kembang teratai, semua patung berwarna emas.
Situs kedua. Menggambarkan bagaimana Ratu Mahamaya mengandung anak Sidharta Gautama.
Situs Kedua
Terdapat patung Sidharta setinggi 3 meter menggambarkan Sidharta tengah bermeditasi selama enam tahun di hutan Uruvela, benars, India. Kedua tangannya terkatup di depan dada. Tubuh Sidharta terlihat kurus kering, seluruh susunan tulangnya menonjol. Dengan tujuan mengajarkan kepada pengikutnya agar tidak menyakiti diri sendiri dalam bermeditasi.
Situs ketiga
Patung Sidharta berdiri dengan tangan kanan diangkat ke depan dengan telapak tangan menghadap ke depan. Patung ini menggambarkan Sidharta telah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup, yaitu Sati (perhatian), Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi (ketenangan), Samadhi (pemusatan pikiran) dan Upekkha (keseimbangan batin). Disamping patung terdapat tembok yang dijadikan semacam prasasti beberapa ajaran utama Buddha Gautama.
Pahatan tulisan tersebut diatas berbunyi, “Jalan utama berunsur delapan : (1) Pengertian benar (2) Pikiran benar (3) Ucapan benar (4) Perbuatan benar (5) Mata pencaharian benar (6)Daya upaya benar (7) Perhatian benar dan (8) Konsentrasi benar”
Situs Keempat
Patung Sidharta duduk bersila sedang menyampaikan ajarannya kepada lima petapa muda, terdapat pula patung seekor rusa. Situs patung ini menceritakan Sidharta yang telah menjadi Buddha Gautama. Untuk pertama kalinya sang Buddha menyampaikan ajarannya kepada lima petapa di taman rusa Isipatana, India.
Situs Kelima
Patung Buddha Gautama dengan posisi tidur miring ke kanan. Patung sepanjang 14 meter tersebut menggambarkan sang Buddha Gautama meninggal secara sempurna (parinibbana).
Tempat lain yang menjadi daya tarik di vihara ini adalah miniature Candi Borobudur. Situs ini terlatak agak terpisah dari kompleks vihara dan rangkaian patung. Letaknya sekitar 200 meter di sebelah utara vihara. Miniatur Borobudur dibangun sebagai penghormatan kepada Bhante Sudhamo. Semasa hidupnya, Bhanda Sudhamo pernah becita-cita membangun miniatur bangunan candi yang menjadi salah satu keajaiban dunia tersebut. Di dalam miniatu Borobudur itulah letak makan Bhante Sudhamo.
Pada miniature tersebut hanya terdapat 49 stupa yang terdiri atas tiga susun. Bangunannya sangat mirip dengan bangunan aslinya yang terbuat dari batu hitam. Relief pada miniature candi Borobudur berupa gambar bhante Sudhamo.
Di depan halaman miniature Borobudur didirikan satu pedapa dengan ukuran khas Lasem serta dua rumah panggung khas Rembang yang bisa dijadikan tempat istirahat.
Bangunan puja bhakti terletak di pojok vihara. Bangunan berarsitektur semi-Romawi. Tiang penyangganya terbuat dari beton yang tinggi. Di dalam vihara terdapat altar puja bhakti yang berupa patung Buddha lengkap dengan persembahannya. Bangunan itu mampu menampung 200 orang.
(dikutip dari Koran tempo tanggal 28 Oktorber 2007)
Jumat, 19 Oktober 2007
Berlatih Meditasi - Olande Ananda Thera
Apakah Dasar dari Kesadaran itu? Dasar dari Kesadaran adalah Badan jasmani kita, Perasaan, pencerapan/pengalaman, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran kita sendiri. Singkatnya, kita menyadari Pancakkhanda kita atau nama-rupa. Tujuan dari latihan ini adalah untuk belajar dapat melihat benda-benda sebagaimana mereka adanya.
Meditasi bukanlah semacam cara untuk melarikan diri dari kenyataan menuju fantasi atau khayalan. Sang Buddha mengajurkan kita untuk berlatih dan melihat benda-benda sebagaimana mereka sebenarnnya, atau dalam Bahasa Pali disebut Yathabutanana Dassana. Untuk dapat melihat benda-benda sebagaimana mereka adannya. Dibutuhkan adannya pikiranyang jernih, pikiran yang tenang,dan pikiran yang bebas dari konsep-konsep, ide-ide, atau prasangka-prasangka. Bila dalam pikiran kita muncul ide-ide atau konsep-konsep atau angan-angan, maka kita harus menyadari bahwa kita sedang berpikir, bahwa kita sedang berfantasi, atau kita sedang melihat gambar dalam batin kita.Gambaran-gambaran batin tersebut memang betul adalah gambaran batin, tetapi mereka bukanlah sesuatu yang riil/nyata.
Juga misalnya bila kita mengalami perasaan nyaman, tidak nyaman, atau netral, mereka itu memang benar perasaan, tetapi hanya perasaan bukan aku, diriku atau milikku. Kalau muncul rasa nyaman, catat itu dalam batin: perasaan…… perasaan….. perasaan, kemudian kita jangan melekat kepada perasaan nyaman tersebut. Demikian juga bila anda mengalami rasa tidak nyaman misalnya sakit, maka cobalah untuk melihatnya sebagai: perasaan…. Perasaan……. Perasaan, dan jangan membenci kepada perasaan sakit tersebut. Jadi kita jangan mencoba untuk menekan perasaan itu, juga jangan melekat kepada perasaan itu, tetapi amatilah perasaaan tersebut saat ia muncul, saat ia bertahan sejenak, dan saat ia lenyap. Dengan demikian kita akan melihat ketidak-kekalan dari perasaan.
Kejadian seperti pada perasaan tersebut, juga berlaku untuk segala sesuatu yang kita lihat, kita dengar, kita cium, kita kecap, kita sentuh, dan kita pikirkan. Semua itu hanya muncul, bertahan sejenak, lalu lenyap.
Jadi tujuan utama dari latihan ini adalah untuk belajar hidup dengan penuh kesadaran, sadar dari waktu ke waktu. Tidak hanyut oleh kejadian-kejadian yang telah lampau dengan melekati atau menyesalinya, ataupun hanyut oleh angan-angan ke masa yang akan datang dengan pengharapan dan rasa cemas; tetapi kita sadar dari waktu ke waktu, apa yang sebenarnya terjadi disini sekarang.
Dengan demikian kita dapat mengetahui banyak hal - keseluruhan Dhamma-, yang sesungguhnya terkandung di dalam jasmani dan batun atau Pancakkhanda kita masing-masing. Kita tidak harus membaca banyak buku untuk menemukan apa sesungguhnya hidup dan kehidupan itu, tetapi kita dapat membaca 'buku' kita sendiri dengan mengamati pikiran, perasaan dan jasmani kita. Pengetahuan yang kita peroleh lewat meditasi ini disebut kebijaksaan (wisdom) atau Pengetahuan pandangan terang (Vipassana Nana), atau Pengetahuan yang dalam (Insight knowledge) atau Kebijaksaan yang tinggi (Insight wisdom). Kebijaksanaan atau pengetahuan yang tinggi tersebut atau penglihatan terhadap benda-benda sebagaimana mereka adannya itu dapat membantu kita untuk terbebas dari bebas keserakahan, kebncian, dan kebodohan/pandangan keliru, dan kemudian dapat membuat kita menjadi bahagia, damai, bebas dari beban-beban karma lampau kita. Dan hal tersebut bahkan dapat menolong kita untuk merealisasi Kebenaran Tertinggi (Unconditon Truth) dan Kedamaian Tertinggi (Highest Peace), yang mengatasi semua pengertian biasa yang ada didunia ini.
Jadi sekarang silakan kalian mengambil posisis duduk yang enak, dimana kalian dapat merasa seimbang/mantap, lalu dudujklah dengan tegak, tetapi tidak kaku. Letakkan tangan kiri dibawah tangan kanan, dan telapak tangan mengahadap keatas. Pejamkan mata, tetapi biarkan ia tetap rileks.
Pertama-tama, marilah kita kembangkan Metta atau perasaan Cinta-kasih Universal kepada semua makhluk, dimula dari diri kira sendiri. Masing-masing kembangkan Metta dengan memikirkan dan mengharapkan:
Semoga saya terbebas dari kemarahan dan ketakutan.
…….…(diam sejenak)
Semoga saya terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kegelapan.
………(diam sejenak)
Semoga saya terbebas dari pertentangan dan penderitaan
……(diam sejenak)
Semoga saya sejahtera, damai dan bahagia
………(diam sejenak)
Semoga saya selamat dan bahagia
………(diam sejenak)
Semoga semua makhluk, yang dekat maupun yang jauh, terbebas dari pertentangan dan penderitaan………(diam sejenak)
Semoga semua makhluk, manusia, binatang, yang tampak maupun yang tidak tampak, hidup sejahtera, damai dan bahagia. ………(diam sejenak)
Semoga semua mkhluk, di semua jurusan, di atas, di bawah, di sekeliling kita, yang dekat maupun jauh, selalu selamat dan bahagia. ………(diam sejenak)
Sekarang marilah kita alihkan perhatian kita, pertama-tama ke jasmani kita, yang duduk disini, dengan merasakan bagaimana jasmani yang menyentuh lantai dan merasakan keseluruhan jasmani dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah (ujung jari kaki).
Juga kita sadar akan suara-suara yang ada disekitar kita, demikian juga keheningan yang ada di sekitar kita maupun di dalam diri kita. ………(diam sejenak)
Kemudian pergunakan Sati (Perhatian Murni) anda, pusatkan Perhatian anda, mula-mula naik dari bawah menuju ke atas badan, ke arah hidung (lubang hidung). Coba rasakan nafas anda; tariklah dua sampai tiga kali nafas panjag untuk merasakan udara yang menyentuh lubang hidung.
………(diam sejenak)
Setelah menarik nafas panjang tadi dan anda dapat merasakan sentuhan udara di lubang hidung tersebut, sekarang bernafaslah seperti biasa (normal). Pusatkan perhatian anda pada lubang hidung, rasakan nafas masuk dan nafas keluar yagn selalu menyentuh titik tersebut. Kita jangan memaksakan nafas kita, Juga kita jangan mengikuti jalannya nafas yang masuk dan keluar, tetapi pusatkan perhatian anda hanya pada satu titik di lubang hidung anda. Kemudian cobalah lihat perasaan kita ketika permulaan, pertengahan dan akhir dari masing-masing nafas yang masuk dan keluar.
………(diam sejenak)
Dengan tenang, teruskanlah latihan ini untuk beberapa menit………(diam selama sekitar 10 menit)
Kadang-kadang pikiran anda tidak bisa tetap tinggal pada objek (nafas), tetapi mulai mengembara ke masa lampau atau ke masa yang akan datang. Jangan cemaskan hal itu, itu adalah wajar, alamiah, dan merupakan kondisi dari pikiran. Cobalah untuk menyadari secepat mungkin pikiran anda yang mengembara itu. Jangan melekat kepada bentuk-bentuk pikiran yang muncul, juga jangan mengutuk atau marah kepada bentuk-bentuk pikiran tersebut. Yang perlu anda lalukan hanyalah mencatatnya dalam batin: berpikir……. berpikir…….berpikir……., kemudian biarkan pikiran tersebut lewat/lalu. Lalu coba kembalikan perhatian anda kepada obyek semula, yaitu anapati (nafas): nafas masuk dan nafas keluar………(diam sejenak)
Kadang-kadang anda mungkin akan mendengar suara-suara tertentu di sekitar anda. Cukup anda sadari: mendengar….. mendengar…. mendengar. Apabila anda mendengar suarau-suara, jangalah sampai pikiran anda terbawa atau hanyut ileh suara tersebut.
………(diam sejenak)
Kadang-kadang anda akan merasakan sakit pada jasmani anda dan tidak dapat berkonsentrasi pada nafas - karena sakit di badan lebih kuat daripada obyek nafas nada -, cobalah untuk tidak mengubah posisi anda dengan seketika, tetapi pakailah perasaan sakit tersebut sebagai obyek yang jelas dari Perhatian anda. Jika anda tidak dapat merasakan nafas, tetapi merasakan sakit tersebut, bergembiralah karena anda sedang mendapatkan obyek yang jelas, dan menyadari bahwa perasaan itu yang dominasi sekarang. Biarikan ia terasa dalam kesadaran anda. Janganlah mencoba untuk melawannya atau menekannya, atau marah padannya - karena ia tidak menyenangkan-, tetapi cukup anda catat dalam batin: merasa sakit…. merasa sakit…… merasa sakit.
Kemudian ingatkan diri anda bawah nafas anda masih tetap berlangsung di sana (di lubang hidung), kemudian kembali arahkan pikiran anda ke lubang hidung.
………(diam sejenak)
Nafas yang tadi telah berlalu, nafas yang berikut belum hadir, tetapi anda dapat merasakan nafas yang sekarang. Setiap saat nafas yang berbeda akan masuk dan keluar.
Sekarang, sebelum kita mengakhiri latihan meditasi ini, marilah sekali lagi kita kembangkan Cinta-kasih Universal (Metta) kepada semua makhluk dengan mempraktekkan Metta Bhavana menurut cara anda masing-masing untuk beberapa menit.
Semoga semua makhluk sejahtera, damai dan bahagia………(diam sejenak)
Semoga semua makhluk selamat dan bahagia………(diam sejenak)
Sekarang, sebelum anda membuka mata anda, sadarilahj suara-suara ataupun keheningan yang ada disekitar anda dan di dalam diri anda. Kemudian rasakan jasmani anda yang sedang duduk di sini sekarang. Sambil menikmati kedamaian dan kebahagiaan, perlahan-lahan bukalah mata anda dan rileks-lah. (Latihan selesai)
[ Dikutip dari Mutiara Dhamma IV>(Sumber: khotbah Ven. Olande Ananda Thera di Denpasar tanggal 24 Nov 1991
Tuntunan Meditasi Cinta Kasih - ajahn Chah
Disarankan meditasi ini dilakukan selama kurang lebih satu setengah jam.
Meditasi ini adalah meditasi cinta-kasih. Meditasi dilakukan dengan menggunakan teknik visualisasi yang sederhana dengan menggunakan pikiran kita yang biasa kita gunakan untuk berpikir. Sebagai contoh, jika saya menyarankan untuk membayangkan sebuah bunga, kita akan dapat melakukannya dengan mudah. Tidak peduli apakah bunga itu adalah bunga mawar atau bunga teratai, atau apapun warnanya itu, atau bahkan bagaimanapun jelasnya objek itu tergambar di dalam batin anda –- sesuatu yang berproses dengan lancar itu sudah cukup.
Sekarang duduklah dengan tegak, perhatikan jika ada ketegangan pada wajah anda. Kendorkan ketegangan di sekitar mata, sekitar rahang dan mulut. Arahkan perhatian anda pada daerah sekitar hati/dada –- suatu daerah di tengah-tengah dada, di sekitar tulang dada dan sekitar tulang rusuk. Tarik napas dan rasakan napas. Rasakan seolah-olah anda bisa menarik napas dan mengeluarkan napas dari daerah di tengah-tengah dada anda itu. Pada saat anda menarik napas, katakan kepada diri anda: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK –-
mengharapkan diri sendiri sehat sejahtera, biarkan muncul dengan alami suatu perasaan simpati yang halus terhadap diri anda. Biarkan masa lalu terjadi, lepaskan ia; dan pada saat ini, pusatkan saja perhatian anda pada napas, pada hati/dada, serta pada pikiran simpati yang muncul, dengan alami dan seimbang. Tarik napas dan katakan pada diri anda sendiri: SEMOGA ORANG LAIN JUGA DALAM KONDISI YANG BAIK. Secara alami kembangkan irama ini –-
menarik napas: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK, mengeluarkan napas: SEMOGA ORANG LAIN DALAM KONDISI YANG BAIK. … … Jika pikiran berkelana, maka dengan halus, wajar dan penuh kesabaran, tarik kembali perhatian anda. Ada suatu pergerakan yang lembut, kembali pada daerah sekitar dada, pada napas, pada perasaan simpati -– tarik napas: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK, keluarkan napas: SEMOGA ORANG LAIN DALAM KONDISI YANG BAIK. … …
Apa yang kita lakukan adalah mencoba menyelaraskan diri kita dengan energi cinta-kasih dan kasih-sayang di alam semesta. Membuka diri dan menyerap energi tersebut, membiarkannya masuk ke dalam diri kita, menyegarkan diri kita, melalui napas dan kekuatan pikiran sebagai media aliran energi tersebut. Tarik napas: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Kemudian salurkan energi itu kepada setiap orang: SEMOGA ORANG LAIN DALAM KONDISI YANG BAIK. … … Pertahankan ketenangan dan kehalusan napas anda, biarkan energi napas menyegarkan diri kita; tarik napas ke daerah sekitar dada, keluarkan napas dari daerah sekitar dada. …
Membuka diri terhadap energi cinta kasih dari alam semesta. Tarik napas, biarkan diri anda menjadi lebih peka dan lebih banyak menyerap energi tersebut. Keluarkan napas, hati anda menjadi lebih terbuka dan
lebih luas, pancarkan keluar: SEMOGA ORANG LAIN SELALU DALAM KONDISI YANG BAIK. … … Dan pada saat kita telah siap… tarik napas yang dalam dan halus ke daerah sekitar dada, biarkan perasaan cinta kasih dan energi napas memenuhi diri kita. Tahan sebentar dengan alami, dengan nyaman. Biarkan perasaan cinta kasih masuk semakin dalam dan menguatkan perasaan nyaman tersebut. Biarkan ia memenuhi seluruh tubuh kita, meresap ke dalam tubuh. Keluarkan napas, dengan perlahan dan halus, dari daerah sekitar dada: SEMOGA ORANG LAIN DALAM KONDISI YANG BAIK. Lakukan itu beberapa kali –- napas masuk yang dalam, tahan sebentar dan keluarkan.… …
lebih banyak pada napas-keluar. Terus menjaga napas masuk anda seperti sebelumnya, napas masuk ke dalam daerah sekitar dada dengan pikiran: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Untuk napas keluar, mula-mula bayangkan dalam pikiran anda sosok ayah dan ibu kita – tidak peduli di mana pun mereka berada, dekat atau jauh, masih hidup atau pun sudah meninggal. Bayangkan kedua-duanya sekaligus atau satu per satu -- tergantung mana yang paling mudah dilakukan. Bayangkan mereka berada beberapa meter di depan kita, dan pada saat kita mengeluarkan napas, arahkan pikiran-pikiran simpati dan penerimaan kita terhadap mereka. Jadi, tarik napas dengan pikiran: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK...dan pada saat mengeluarkan napas, dengan membayangkan sosok ayah dan ibu kita: SEMOGA MEREKA DALAM KONDISI YANG BAIK. …
Berikutnya: bawa ke dalam pikiran kita, guru-guru spiritual kita, yakni mereka yang telah menolong kita, membimbing kita, mendorong kita dan memberikan petunjuk kepada kita dalam hidup kita. Bersama napas-keluar, dengan sikap perasaan berterima kasih, pikirkan: SEMOGA MEREKA DALAM KONDISI YANG BAIK. … …
Bawa ke dalam pikiran anda sekarang, keluarga kita; suami/istri kita, anak-anak, kakak dan adik kita, bisa sekaligus dalam satu kelompok atau satu per satu. Bersama napas-keluar, dengan perasaan kasih sayang, pikirkan: SEMOGA MEREKA DALAM KONDISI YANG BAIK. … …
Sekarang bawa ke dalam pikiran anda, teman terdekat kita atau teman-teman yang lain, yang kita rasakan akan mendapatkan manfaat dari pikiran-pikiran simpati kita. Bersama napas-keluar, bawa mereka ke dalam pikiran dan berharap semoga mereka dalam keadaan yang baik; suatu rengkuhan yang lembut, suatu sikap penuh kasih sayang. ......
Tarik napas ke daerah sekitar dada: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Keluarkan napas dari daerah sekitar dada: SEMOGA MEREKA DALAM KONDISI YANG BAIK. Bawa ke dalam pikiran anda sekarang, mereka yang berlatih bersama-sama kita, mereka berada di sekitar kita; arahkan pikiran kita keluar, melingkupi mereka semua: SEMOGA MEREKA SEMUA DALAM KONDISI YANG BAIK DAN DAMAI.v… …
Sekarang bawa ke dalam pikiran, bentuk Bumi kita seperti kita melihatnya dari luar angkasa. Arahkan pada objek yang penuh warna-warni tersebut, pikiran-pikiran kita: SEMOGA SEMUA MAKHLUK DALAM KONDISI YANG BAIK. Keluarkan napas: SEMOGA SEMUA MAKHLUK DALAM KONDISI YANG BAIK. … …
Dan sekarang bawa ke dalam pikiran kita, suatu bentuk dari kekosongan yang luas dan tak terbatas. Arahkan pikiran kita ke ruang yang tak terbatas itu: SEMOGA SEMUA MAKHLUK DALAM KONDISI YANG BAIK. Biarkan pikiran anda terbuka luas; biarkan hati anda terbuka seluas-luasnya. Tiada lagi batasan antara tubuh anda dengan alam semesta –- tiada batasan – luas – menembus ruang dan waktu. … …
Sekarang dengan hati-hati, dengan sedikit lebih memfokus, bawa kembali perhatian kita ke arah daerah di sekitar dada, suatu titik di tengah-tengah dada kita. Tarik napas dengan halus dan dalam serta munculkan pikiran: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Tahan sebentar... biarkan pikiran, sebagai perasaan yang simpati tersebut, menyebar ke seluruh tubuh, memberikan energi dan menyegarkan kita. Kemudian dengan perlahan dan halus, keluarkan napas melalui daerah sekitar dada. Lakukan hal yang sama satu atau dua kali – tarik napas yang dalam, tahansebentar dan keluarkan. … …
Sekarang bawa ke dalam pikiran, seseorang yang pernah anda sakiti, baik secara disengaja ataupun tidak, yang masih hidup maupun yang sudah meninggal... dan dengan menyebut nama orang itu, katakan: MAAFKANLAH SAYA...
Ingat kembali mereka yang pernah anda sakiti... sebut nama mereka dan katakan: MAAFKANLAH SAYA.
Berikan perhatian yang dalam pada daerah sekitar dada. Biarkan ia tetap terbuka... dan sekarang bawa ke dalam pikiran anda, seseorang yang pernah menyakiti anda.
Sebut nama orang itu dan katakan: SAYA MEMAAFKAN KAMU... Bawa ke dalam pikiran seseorang yang menyakiti anda, sebut nama orang itu dan katakan: SAYA MEMAAFKAN KAMU.
Sekarang dengan menyebut nama kita sendiri, katakan: SAYA MEMAAFKAN KAMU... Dengan menyebut nama kita sendiri, katakan: SAYA MEMAAFKAN KAMU... dan... KAMU SAYA MAAFKAN... KAMU SAYA MAAFKAN.
Menyatulah dengan perasaan-perasaan kasih sayang itu. Bawa perasaan-perasaan itu ke dalam hati anda; rangkul mereka dengan lembut... Sekarang dengan hati-hati, kembalilah ke napas –- energi napas masuk ke dalam daerah sekitar dada: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Resapi dan penuhi diri anda dengan perasaan tersebut. Kemudian keluarkan napas melalui daerah sekitar dada: SEMOGA ORANG LAIN JUGA DALAM KONDISI YANG BAIK.
Begitu sederhana –- menarik napas, menyatu dengan energi. Mengeluarkan napas, mendoakan agar semua orang selalu dalam kondisi yang baik. Mengeluarkan napas untuk semua orang. ...
[ Sumber: SEEING THE WAY, Buddhist Reflections on the Spiritual Life, An anthology of teachings by English-speaking disciples of Ajahn Chah. Alih bahasa: Junarto Mintaredja.]
Minggu, 14 Oktober 2007
Asal Mula Mahluk Hidup menurut Agama Buddha
Terjadinya bumi dan manusia merupakan konsep yang unik pula dalam agama Buddha, khususnya tentang manusia pertama yang muncul di bumi kita ini, bukanlah hanya seorang atau dua orang, tetapi banyak.
Kejadian bumi dan manusia pertama di bumi ini diuraikan oleh Sang Buddha dalam Digha Nikaya, Agganna Sutta dan Brahmajala Sutta. Tetapi di bawah ini hanya uraian dari Agganna Sutta yang akan diterangkan.
"Vasettha, terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini hancur. Dan ketika hal ini terjadi, umumnya makhluk-makhluk terlahir kembali di Abhassara (alam cahaya); di sana mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan.Mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali.Pada waktu itu (bumi kita ini) semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan, siang maupun malam belum ada, laki-laki maupun wanita belum ada. Makhluk-makhluk hanya dikenal sebagai makhluk-makhluk saja.
Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali bagi makhluk-makhluk tersebut, tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air. Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu.Tanah itu memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manis tanah itu.
Kemudian, Vasettha, diantara makhluk-makhluk yang memiliki sifat serakah (lolojatiko) berkata : "O apakah ini ?". Dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya. Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan masuk dalam dirinya.Makhluk-makhluk lainnya mengikuti contohnya.... muncullah tumbuhan padi (sali) yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Pada sore hari, mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan malam, pada keesokan paginya padi itu telah tumbuh dan masak kembali. Bila pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus menerus padi itu muncul.
Vasettha, selanjutnya makhluk-makhluk itu menikmati padi (masak) dari alam terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali.Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat, dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak jelas kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga).Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki, dan laki-laki pun sangat memperhatikan keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan keadaan diri satu sama lain terlalu banyak, maka timbullah nafsu indria yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indria tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin.
Vasettha, ketika makhluk-makhluk lain melihat mereka melakukan hubungan kelamin ... dst ... dst ..." .........................
Tuhan menurut Agama Buddha
Tuhan sebagai tujuan di dalam agama Buddha disebut Nibana dhamma. Alam & segala isinya (seperti pergerakan matahari, bulan, benih2 ditanam tumbuh, dsb) yang ngatur adalah Tuhan yang dalam agama Buddha disebut Niyama Dhamma (bukan dewa / person, tetapi hukum dharma - bukan juga hukum alam [kalau dianggap hanya alam saja, manusia tidak kena).
Jika diperinci, Niyama Dharma ada 5 :
- Utu Niyama : yang mengatur pergantian musim panas, dingin, gugur, dll.
- Bija Niyama : yang mengatur benih2 / keturunan, kenapa biji kedelai tidak bisa tumbuh kedondong, kenapa telor bebek dierami ayam kok netasnya bebek, dll. Tetapi jangan berpikir ada mahluk yg menunggui bibit kedelai supaya jangan tumbuh jadi kedondong (tidak ada sesuatu yg menunggu). Hukum itu Tuhan yg maha kuasa, maha mengetahui, maha pencipta, ada di-mana2 (yg disebut Niyama dharma) tapi tdk bisa dibayangkan sbg dewa yg bisa dg cara meminta2 kepadanya. Tugas kita berbuat sesuai dg hukum itu spy kita bahagia.
- Karma Niyama : hukum yg mengatur tentang perbuatan.
- Citta Niyama : yg mengatur tentang pikiran.
- Dharma Niyama : yg mengatur tentang ilmu2 gaib / kegaiban. Sesungguhnya kegaiban itu bisa dipelajari.
Hukum dharma ini bukan tulisan (kumpulan UU), tetapi tatanan. Jika saya menjatuhkan barang, pasti akan jatuh ke bawah (tdk akan naik ke atas) & yg ngatur adalah Tuhan (dlm agama Buddha disebut Utu Niyama). Hukum itu tdk bisa dibayangkan jadi tdk usah dibayangkan. Jika orang mengatakan susah / senang ini karena Tuhan, dlm agama Buddha bisa diterima dalam arti karena adanya hukum Karma (karena jika tidak ada Tuhan berarti saya berbuat tidak akan berakibat & tidak ada susah / senang), tetapi sebabnya yang buat saya sendiri (bukan cobaan / Tuhan yang membuat => ini yang membuat sulit diterima / tidak masuk akal). Jika dikatakan karena Tuhan tapi tidak ada penjelasan, sulit diterima & akan ditinggalkan oleh Ilmu .....
Kamis, 11 Oktober 2007
sekilas bhante pannavaro
Bhikkhu berperawakan tenang dan lembut ini lahir di Blora 22 Juni 1954. Pernah kuliah di Fakultas Psikologi UGM pada tahun 1972-1974. Kemudian di Fakultas Filsafat satu tahun, 1975. Pada tahun 1987, 1990 dan dua kali pada tahun 1991 mendapat upadhi (penganugerahan gelar kehormatan) dari Sangha di Sri Langka atas jasanya membina umat Buddha Indonesia dan menjalin hubungan erat dengan Sangha di Sri Lanka.Gelar kehormatannya yakni: “Sanghanayaka Dhammakitti Sri Saddhammacariya, Sasanavamsalankara Sasanasobhana Pacavana Visarada, Saddhammakitti Siri Nanasamvara, Siri Sugatasasanalankara Kittidhara Gana Pamokkhacariya, Silarupa Sobhita Vissa Kittidhara”.
Dalam kesibukannya dalam perayaan Kathina 2537/1993 penulis berkesempatan mewawancarainya. Berikut ini petikan wawancara denga Y.M Bhikkhu Sri Pannavaro Sanghanayaka, di ruang perpustakaan Narada di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya.
(T) Latar belakang pendidikan tinggi Bhante dari Psikologi, bagaimana ceritanya memilih Fakultas Psikologi?
(J) Saya pernah kuliah di Fakultas Psikologi tahun 1972-1974, kemudian pernah di fakultas filsafat satu tahun yaitu 1975. Waktu di Fakultas Psikologi dekannya Prof. Dr. Masrun di UGM, Yogyakarta. Saya mulai tertarik dan timbil keinginan untuk melepaskan keduniawian menjadi samanera pada umur 16 tahun. Waktu itu orang tua saya agak sulit mengizinkan karena pengetahuan agama Buddha mereka minim sekali. Mereka mengatakan mengapa harus menjadi Bhikkhu? Mungkin dianggap sekedar menjaga Vihara, melayani orang sembahyang, makan diberi orang lain. Tetapi alasan itu belum kuat. Maka orang tua mengatakan selesaikan dulu pendidikan SMAnya. Sayapun menurut nasehat dan setelah lulus SMA, saya ajukan kembali permohonan menjadi Bhikkhu, orang tua mengatakan masih belum cukup. Kemudian saya memikirkan apa pendidikan lanjut yang saya pilih. Ada yang mengusulkan kuliah di psikologi saja. Ini akan banyak membantu dalam menghadapi masyarakat. Kebetulan waktu itu psikologi di UGM belum favorit seperti sekarang. Kuliah satu tahun saya ajukan keingina saja, orang tua mengatakan belum cukup, kuliah satu tahun dapat apa. Dau tahun kuliah, orang tua mengatakan masih belum cukup. Nah, pada tahun ketiga saya ajukan lagi dengan mengatakan keinginan orang tua sudah saya ikuti. Lulus SMA harus kuliah sudah saya jalankan, sekarang gantian. Akhirnya orang tua mengizinkan tapi, ada tapinya.. kuliah harus dilanjutkan terus. Lalu saya mendaftar di Fakultas Filsafat, kuliah dengan memakai jubah samanera. Namun saya tidak bisa ikut aktif karena harus memberi ceramah Dharma. Dulu saya berpikir mengapa orang tua menghalangi, sebab tujuan saya kan baik. Pandangan tentang kebahagiaan tidak sama, kalau seorang anak bahagia dalam kehidupan masyarakat, orang tua ikut bahagia. Tapi kalau kebahagiaan spiritual, apakah orang tua tidak ikut bahagia! Mengapa orang tua menunda-nunda? Tetapi sekarang saya justru berterima kasih kepada orang tua terutama kepada ibu bahwa dengan dorongan beliau dapat memberikan manfaat besar. Bukan hanya manfaat pengetahuan bertambah tetapi manfaat di dalam kegiatan pengabdian saya. Pengetahuan itu sangat membantu sekali dalam menghadapi masyarakat. Bagaimana bergaul dengan mereka dan membawakan Dharma. Minimal kita harus memiliki modal yakni pengetahuan umum untuk mengerti kehidupan.
(T) Apa dan siapa yang menggerakkan Bhante untuk menjadi anggota Sangha?
(J) Sejak di SD, saya sudah menyukai hal-hal yang bersifat keagamaan, saya mengenal agama Buddha bukan dari Bhikkhu atau pandita tapi justru dari guru sejarah di SMP. Guru sejarah dunia menjelaskan tentang agama Buddha, dan tentang kehidupan Pangeran Siddharta. Saya pertama kali mendengar penjelasan tersebut, timbul kesan yang sangat mendalam. Sistematis sekali ajaran agama Buddha, jelas sekali persoalan ini, munculnya persoalan dan menunjukkan jalan berunsur delapan, sebagai jalan pemecahan persoalan. Jelas sekali…. Ini persoalannya, ini sebabnya dan ini jalan pemecahannya, mudah menangkap. Saya mula tertarik. Suatu Minggu sore saya diajak adik saya untuk ikut kebaktian. Saat itulah saya mengenal agama Buddha secara formal. Membaca paritta, mendengar ceramah. Pada waktu saya di SMA, untuk pertama kali saya mengenal Bhikkhu Narada Mahathera. Bhikkhu Narada Mahathera mempunyai metode ceramah yang baik terutama terhadap anak-anak. Beliau biasanya bercerita lalu mengajukan pertanyaan dan siapa yang dapat menjawab dapat hadiah. Suatu ketika beliau bertanya “Sang Buddha sudah tidak ada di dunia ini, bagaimana cara untuk melihat Buddha?” Saya bisa menjawabnya karena pernah mendengar sabda Sang Buddha sendiri bahwa siapa yang melihat Dharma, dia akan melihat Buddha. Lalu saya mendapatkan hadiah dan beliau mengatakan, “:Semoga kamu menjadi Bhikkhu yang baik untuk bangsamu”. Kejadian tersebut ketika saya berumur 17 tahun. Saya berpikir mendengar ucapan: Jadi Bhikkhu?”. Ah tidak ada keinginan sama sekali! Tapi satu tahun kemudian timbul keinginan menjadi Bhikkhu.Pertama kali timbul dalam pikiran saya adalah menjadi Bhikkhu itu hidupnya sederhana, kehidupan Bhikkhu tidak sulit seperti apa yang dipikirkan orang. Makan diberikan, pakaian hanya beberapa potong, tetapi bermanfaat bagi orang banyak seperti Bhante Narada itu. Suatu ciri-ciri yangluhur, sejak itu saya banyak bertemu dengan Bhikkhu. Saya menyadari bahwa kebahagiaan dunia tidak ada yang kekal, contoh: lulus sarjana, diwisuda, senang. Tapi senang itu bisa bertahan hanya beberapa lama? Kita harus memikirkan kerja! Setelah dapat kerja eh…nggak puas dan sebagainya. Kejenuhan, kejengkelan, kemarahan, kesenangan, tidak ada yang kekal.Kondisi tersebut memperkuat keinginan saya. Dengan menyadari ini bathin kita akan tenang. Mengenai siapa yang menggerakan saya menjadi anggota Sangha itu, sulit…. sebagai seorang Buddhis apalagi kita mengerti Dharma, suatu perisitwa terjadi karena banyak faktor. Tidak bisa kita mengatakan menjadi Bhikkhu itukan panggilan! Siapa yang memanggil? Kalau tak mau pikir panjang memang itulah jawabannya. Ada cerita begini: Ada seorang Bhikkhu yang sebelumnya dikenalk dengan panggial OM, Liem, kerja di bank, tidak punya anak, ada angkat anak. Suka membantu vihara, mengantar para Bhikkhu, pengertian Dharma cukup.Kita selalu menggoda, ayo om jadi Bhikkhu saja, jawabnya, “ah… tunggu pensiun dulu”. Setelah pensiun kita tanya lagi, “Sudah pensiun tunggu apa lagi”. Jawabannya, “Tunggu anak angkat saya lulus”. Anak angkat sudah lulus kita goda lagi. Eh… katanya mau urus istri dulu, Istri meninggal dunia, anak lulus sekolah, nah alasan apa lagi. Suatu hari om ikut rombongan ke Thailand. Eh kopernya ketinggalan dan hilang di airport. Sampai di vihara baru ketahuan kopernya tidak dibawa! Untung paspor dan uang sedikit ada, pakaian tinggal yang dikenakannya. Nah, kami mengatakan kepada dia: “Om sekarang waktunya jadi Bhikkhu” Dari peristiwa ini tidak bisa dikatakan im tersebut jadi Bhikkhu karena kopernya hilang. Koper hilang hanya salah satu faktor karena banyak orang yang kopernya hilang tapi tidak ingin jadi Bhikkhu. Kemudian isterinya meninggal; salah satu faktor juga; sudah pensiun; salah satu faktirl mempunyai pengertia Dharma; salah satu faktor; kita sering menggoda juga salah satu faktor. Dari cerita sederhana ini ada enam faktor, semuanya mempengaruhi dan saling mendukung. Jadi bukan satu faktor menghasilakn kejadian, namun banyak sekali faktor. Contoh lain pisang goreng, terbentuknya pisang goreng karena ada pisang, ada tepung, ada gula, ada mingyuaknya, ada penggorengan, dan ada orang dan kehendak orang lain untuk menggorengnya. Jadi menurut Dharma, yang memanggil itu adalah kondisi-kondisi. Logika ini sulit untuk menjelaskan kepada mereka yang tidak mempunyai dasar intelektual.
(T) Bhante, kita ingin mengetahui apa arti nama Bhante yakni Pannavaro? Siapa yang memberi nama tersebut?
(J) Ah… pemberian nama itu kan supaya tidak membinggungkan satu dengan yang lain. Kalau semua namanya sama tentu membingungkan (kami tertawa mendengar jawaban Bhante). Saya pernah omong-omong dengan Bhiksu Prajnavira (pimpinan Majalah Buddhis Indonesia). Panna adalah bahasa Pali kalau Sansekertanya adalah Prajna. Varo menjadi Vara, jadi dengan Bhiksu Prajnavira bedanya hanya huruf i. Panna atau Prajna adalah Bijaksana, Varo berarti mulia. Sedangkan yang memberi nama dalam tradisi kebhikkhuan adalah upajjhaya saya yaitu Y.M Somdet Nanasamvara di Bangkok.
(T) Lalu siapakah guru pembimbing Dharma Bhante?
(J) Bhante Vin, tetapi saya tidak selalu tinggal bersamanya. Saya juga belajar dari banyak Bhikkhu.
(T) Sabda Sang Buddha yang paling berkesan bagi Bhante?
(J) Tergantung konteksnya. Ajaran Sang Buddha pertama kali adalah tentang jangan berbuat jahat, kemudian tambahkah kebajikan dengan berbuat hal-hal yang membantu, meringankan penderitaan orang lain. Yang membuat saya kagum sekali adalah Sang Buddha tidak berhenti disitu saja. Lebih lanjut Sang Buddha mengatakan sesungguhnya “aku” yang berbuat baik itu tidak ada, yang ada hanya kebaikan. Contohnya: aku menulis, tidak logis karena tanpa adanya alat tulis atau tempat menulis, apa yang ditulis? Aku berbuat baik dengan berkhotbah, tidak logis, karena tanpa adanya orang yang mendengarkan, bagaimana saya bisa disebut berbuat baik? Jadi sesungguhnya semua yang ada merupakan perpaduan dari unsur-unsur, tidak ada yang inti yang berdiri sendiri. Untuk bahasa pergaulan dalam masyarakat boleh memakai kata “aku”, namun untuk kepentingan spiritual kita harus sadar bahwa tiak ada “aku”. Itulah yang membuat saya kagumakan Dharma. Apabila kita menyadari maka akan menurunkan kecongkakan, kesombongan, ketinggian hati dan meningkatkan pikiran suci.
(T) Bhante dikenal sebagai salah seorang openceramah Dharma yang bisa berceramah memukau perhatian pendengarnya. Dari mana ketrampilan berceramah itu?
(J) Ah, itukan kata umat Buddha agar saya tidak bosen memberikan ceramah Dharma, itukan tik umat saja. (kami kembali ketawa) Begini, saya tidak pernah belajar khusus tentang teknik ceramah. Saya senang memperhatikan caraBhikkhu berkhotbah. Dengan demikian saya berusaha untuk membuat nilai sendiri. Kemudian sebelum kotbah saya harus sudah membuat persiapan tentang sistematika. Itu penting sekali. Mulai dari pendahuluan misalnya memnyampaikan pujian, terima kasih atas perhatian pendengar, lalu masuk materi yang disampaikan, apa Dharma yang akan diberikan dan terakhir membuat kesimpulan. Sistematika itu sangat penting, tanpa sistematika apayang harus kita bicarakan kehilangan arah, ruwet. Hal penting lainnya: seorang pembicara harus yakin apa yang dia bicarakan. Mau tidak mau harus banyak membaca Saya selalu menngatakan hal tersebut kepada para Bhikkhu.
(T) Filisofi hidup Bhante?
(J) Semakin banyak kita melakukan sesuatu bagi orang banyak, kita akan semakin merasa hidup ini berarti. Kalau kehadiran saya bisa bermanfaat untuk bukan hanya puluhan tapi banyak orang, misalnya: saya diundang khotbah Dharma di TV maka saya merasa saya muncul didunia ini tidak sia-sia. Jadi berbuatlah semakin lebar lagi, berbuatlah yang bermanfaat untuk semua makhluk. Tiada yang lebih indah pada kesadaran bahwa hidup kita harus berguna bagi orang banyak.
(T) Bhante, kami ingin mengetahui pandangan Bhante mengenai perkembangan agama Buddha untuk masa datang di Indonesia?
(J) Agama Buddha akan berkembang pesat di Indonesia. Namun, hendaknya jangan melihat agama Buddha itu di dalam bentuk yang formal artinya diukur dari banyaknya umat yang datang ke vihara. Agama Buddha akan berkembang dalam nilai-nilai Dharma artinya Dharma dapat dijumpai dimana-mana. Yang membuat dia menjadi Buddhis bukan upacaranya, ritualnya. Jika ada orang yang bukan Buddhis tapi berpikiran Buddhis, itulah sikap orang Buddhis.
(T) Mengenai sekte Mahayana?
(J) Saya melihat setiap sekte dalam agama Buddha itu mempunyai basic yang sama, tidak ada perbedaan yang mendasar. Adanya berbagai sekte ini justru membuat agama Buddha kaya. Kalau tidak berkesesuaian pandangan itu wajar, jangan ditanggapi dengan permusuhan, kita harus menghadapi dengan sabar. Siapa yang mengajari kita sabar? Tidak lain adalah mereka yang menentang, memusuhi dan tidak menyenangi kita. Dan kalau pikiran kita sempit (ego besar) maka akan beranggapan hanya agamaku yang benar. Kalau lebih sempit lagi (ego lebih besar) hanya sekteku yang benar, diluar sekteku semuanya salah. Kalau lebih sempitlagi (ego lebih besar lagi) maka viharaku yang benar, diluar viharaku adalah tidak benar. Lebih besar lagi ego, hanya diriku yang benar, diluar diriku tidak benar.
(T) Ide yang pernah dihasilakn Bhante dan diterapkan sampai sekarang?
(J) Ah, saya hanya membantu saja semua kegiatan. Keinginan saya adalah meneruskan, meningkatkan, dan mengembangan ajaran Buddha untuk banyak orang.
(T) Dalam kesibukan Bhante, apakah menyediakan waktu khusus konsultasi dengan umat? Dan hobby Bhante?
(J) Tidak, saya tidak pernah menyediakan waktu khusus untuk konsultasi. Kalau kebetulan saya ada di tempat ya silakan. Kalau hobby, sekarang ini hal-hal yang berhubungan dengan arkeologi (misalnya ukiran di candi-candi) yang menarik perhatian saya.
(T)Ada kalanya orang berpikir negatif terhadap sesuatu hal walaupun belum tentu kejadiannya sesuai dengan apa yang dipikirkan.Contoh: seorang ibu memikirkan yang bukan-bukan ketika anak atau suaminya sampai jam 11 malam belum pulang padahal biasanya jam 6 sore sudah ada dirumah. Mohon penjelasan Bhante mengenai proses kejadiannya bentuk pikiran negatif tersebut!
(J) Kalau seorang ibu mengkhawatirkan anaknya pulang malam itu wajar, karena tanggung jawab dan kasih sayang. Tapi itu tidak bijaksana bila ia tidak memberikan pengertian pada anak. Bukan zamannya lagi seorang anak itu tidak boleh ini, tidak boleh itu. Oleh karenanya anak harus diberi bekal kuat yakni agama itulah yang menjadi filter bagi anak tersebut. Orang tua jarang ada yang berpikir, apakah anak saya sudah diberi pendidikan agama? Inilah pokok masalahnya.
(T) Dan proses bentuk pikiran yang menyebabkan orang menjadi rendah diri? Misalnya karena merasatidak punya uang atau teman, lalu tidak berani ke vihara?
(J) Mengenai rendah diri harus dilihat unsur apa yang menyebabkannya.Mungkin ada yang minder ke vihara karena viharanya kurang bagus atau dari dirinya sendiri. Jadi kita mesti meneliti apa penyebabnya. Kita tidak dapat mengatakan kalau kejadian ini penyebabnya pasti ini. Banyak faktor yang mempengaruhinya.
(T) Pertanyaa terakhir, kesan Bhante terhadap Majalah Buddhis Indonesia?
(J) Menarik, tidak kering akan ilustrasi gambarnya.Umat Buddha perlu memiliki majalah seperti ini.
(T) Pesan Bhante untuk mereka yang menamakan dirinya pengurus vihara?
(J) Harus ulet, punyailah ketekunan, jadikan kesempatan pengabdian ini untuk menambah kebajikan. Kebajikan dan kedewasaan.