Lokasi : Sendangcoyo, Lasem, Jawa Tengah (4 km dari Lasem)
Pimpinan Vihara : Bhante Sujano
Pendiri : Alm. Bhante Sudhamo Mahathera
Pemandangan : Puluhan pot dengan warna-warni bunga kemboja (Plumeria alba) tertata rapi di atas tembok pagar di sekitar kuti (tempat kediaman) bhante dan bangunan vihara. Bunga bugenvil dan aneka tanaman hias lainnya juga memperindah suasana. Burung prejak dan trocok indah berkicau. Menghadap kea rah barat, timur dan selatan, sawah serta perbukitan di kawasan Rembang selatan terlihat indah terhampar. Menghadap kea rah utara, puluhan kapal nelayan kecil menghiasi birunya Laut Jawa.
Sejarah awal :
Bhante Sudhamo setelah belajar Dhamma di Thailand, pada saat akan kembali ke Indonesia Ratu Thailand memberikan sejumlah uang untuk mendirikan vihara di Indonesia. Bhante Sudhamo kemudian membeli sebidang tanah di Sendangcoyo untuk membangun vihara. Awalnya hanya sekitar 1 hektare. Kini, berkat uluran tangan donatur, luas lahan vihara tersebut mencapai 6 hektare.
Mengapa pilihannya Lasem ?
Menurut Bhante Sujano, Lasem merupakan salah satu titik perkembangan agama Buddha di Indonesia sejak zaman Majapahit. Di desa Ngasinan, Warugunung, tak jauh dari Sendangcoyo, terdapat makan Brotocanti, salah satu keturunan Putri Campa. “Konon, Mahapatih Gajah Mada dulu pernah bersemedi di situ”
Dipilihnya desan Sendangcoyo sebagai temapt dibangunya vihara, karena daerah itu sepi dan nyaman. “Sendangcoyo cocok untuk melakukan meditasi”.
Yang menarik dari Vihara ini adalah :
Rangkaian patung Sidhartha Gaoutama, mulai dari awal kelahiran, sampai menjadi Buddha hingga wafat, yang terbagi atas empat situs patung.
Dari halaman bangunan vihara, naik sedikit melalui jalan bertangga, akan sampai pada :
Situs pertama. Di situs ini terdapat taman yang sejuk dilengkapi dengan patung Sidharta lahir, Dewi Mahamaya (ibunda Sidharta), gajah putih, ular naga raksasa sepanjang 25 meter, serta tujuh kembang teratai, semua patung berwarna emas.
Situs kedua. Menggambarkan bagaimana Ratu Mahamaya mengandung anak Sidharta Gautama.
Situs Kedua
Terdapat patung Sidharta setinggi 3 meter menggambarkan Sidharta tengah bermeditasi selama enam tahun di hutan Uruvela, benars, India. Kedua tangannya terkatup di depan dada. Tubuh Sidharta terlihat kurus kering, seluruh susunan tulangnya menonjol. Dengan tujuan mengajarkan kepada pengikutnya agar tidak menyakiti diri sendiri dalam bermeditasi.
Situs ketiga
Patung Sidharta berdiri dengan tangan kanan diangkat ke depan dengan telapak tangan menghadap ke depan. Patung ini menggambarkan Sidharta telah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup, yaitu Sati (perhatian), Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi (ketenangan), Samadhi (pemusatan pikiran) dan Upekkha (keseimbangan batin). Disamping patung terdapat tembok yang dijadikan semacam prasasti beberapa ajaran utama Buddha Gautama.
Pahatan tulisan tersebut diatas berbunyi, “Jalan utama berunsur delapan : (1) Pengertian benar (2) Pikiran benar (3) Ucapan benar (4) Perbuatan benar (5) Mata pencaharian benar (6)Daya upaya benar (7) Perhatian benar dan (8) Konsentrasi benar”
Situs Keempat
Patung Sidharta duduk bersila sedang menyampaikan ajarannya kepada lima petapa muda, terdapat pula patung seekor rusa. Situs patung ini menceritakan Sidharta yang telah menjadi Buddha Gautama. Untuk pertama kalinya sang Buddha menyampaikan ajarannya kepada lima petapa di taman rusa Isipatana, India.
Situs Kelima
Patung Buddha Gautama dengan posisi tidur miring ke kanan. Patung sepanjang 14 meter tersebut menggambarkan sang Buddha Gautama meninggal secara sempurna (parinibbana).
Tempat lain yang menjadi daya tarik di vihara ini adalah miniature Candi Borobudur. Situs ini terlatak agak terpisah dari kompleks vihara dan rangkaian patung. Letaknya sekitar 200 meter di sebelah utara vihara. Miniatur Borobudur dibangun sebagai penghormatan kepada Bhante Sudhamo. Semasa hidupnya, Bhanda Sudhamo pernah becita-cita membangun miniatur bangunan candi yang menjadi salah satu keajaiban dunia tersebut. Di dalam miniatu Borobudur itulah letak makan Bhante Sudhamo.
Pada miniature tersebut hanya terdapat 49 stupa yang terdiri atas tiga susun. Bangunannya sangat mirip dengan bangunan aslinya yang terbuat dari batu hitam. Relief pada miniature candi Borobudur berupa gambar bhante Sudhamo.
Di depan halaman miniature Borobudur didirikan satu pedapa dengan ukuran khas Lasem serta dua rumah panggung khas Rembang yang bisa dijadikan tempat istirahat.
Bangunan puja bhakti terletak di pojok vihara. Bangunan berarsitektur semi-Romawi. Tiang penyangganya terbuat dari beton yang tinggi. Di dalam vihara terdapat altar puja bhakti yang berupa patung Buddha lengkap dengan persembahannya. Bangunan itu mampu menampung 200 orang.
(dikutip dari Koran tempo tanggal 28 Oktorber 2007)
Pimpinan Vihara : Bhante Sujano
Pendiri : Alm. Bhante Sudhamo Mahathera
Pemandangan : Puluhan pot dengan warna-warni bunga kemboja (Plumeria alba) tertata rapi di atas tembok pagar di sekitar kuti (tempat kediaman) bhante dan bangunan vihara. Bunga bugenvil dan aneka tanaman hias lainnya juga memperindah suasana. Burung prejak dan trocok indah berkicau. Menghadap kea rah barat, timur dan selatan, sawah serta perbukitan di kawasan Rembang selatan terlihat indah terhampar. Menghadap kea rah utara, puluhan kapal nelayan kecil menghiasi birunya Laut Jawa.
Sejarah awal :
Bhante Sudhamo setelah belajar Dhamma di Thailand, pada saat akan kembali ke Indonesia Ratu Thailand memberikan sejumlah uang untuk mendirikan vihara di Indonesia. Bhante Sudhamo kemudian membeli sebidang tanah di Sendangcoyo untuk membangun vihara. Awalnya hanya sekitar 1 hektare. Kini, berkat uluran tangan donatur, luas lahan vihara tersebut mencapai 6 hektare.
Mengapa pilihannya Lasem ?
Menurut Bhante Sujano, Lasem merupakan salah satu titik perkembangan agama Buddha di Indonesia sejak zaman Majapahit. Di desa Ngasinan, Warugunung, tak jauh dari Sendangcoyo, terdapat makan Brotocanti, salah satu keturunan Putri Campa. “Konon, Mahapatih Gajah Mada dulu pernah bersemedi di situ”
Dipilihnya desan Sendangcoyo sebagai temapt dibangunya vihara, karena daerah itu sepi dan nyaman. “Sendangcoyo cocok untuk melakukan meditasi”.
Yang menarik dari Vihara ini adalah :
Rangkaian patung Sidhartha Gaoutama, mulai dari awal kelahiran, sampai menjadi Buddha hingga wafat, yang terbagi atas empat situs patung.
Dari halaman bangunan vihara, naik sedikit melalui jalan bertangga, akan sampai pada :
Situs pertama. Di situs ini terdapat taman yang sejuk dilengkapi dengan patung Sidharta lahir, Dewi Mahamaya (ibunda Sidharta), gajah putih, ular naga raksasa sepanjang 25 meter, serta tujuh kembang teratai, semua patung berwarna emas.
Situs kedua. Menggambarkan bagaimana Ratu Mahamaya mengandung anak Sidharta Gautama.
Situs Kedua
Terdapat patung Sidharta setinggi 3 meter menggambarkan Sidharta tengah bermeditasi selama enam tahun di hutan Uruvela, benars, India. Kedua tangannya terkatup di depan dada. Tubuh Sidharta terlihat kurus kering, seluruh susunan tulangnya menonjol. Dengan tujuan mengajarkan kepada pengikutnya agar tidak menyakiti diri sendiri dalam bermeditasi.
Situs ketiga
Patung Sidharta berdiri dengan tangan kanan diangkat ke depan dengan telapak tangan menghadap ke depan. Patung ini menggambarkan Sidharta telah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup, yaitu Sati (perhatian), Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi (ketenangan), Samadhi (pemusatan pikiran) dan Upekkha (keseimbangan batin). Disamping patung terdapat tembok yang dijadikan semacam prasasti beberapa ajaran utama Buddha Gautama.
Pahatan tulisan tersebut diatas berbunyi, “Jalan utama berunsur delapan : (1) Pengertian benar (2) Pikiran benar (3) Ucapan benar (4) Perbuatan benar (5) Mata pencaharian benar (6)Daya upaya benar (7) Perhatian benar dan (8) Konsentrasi benar”
Situs Keempat
Patung Sidharta duduk bersila sedang menyampaikan ajarannya kepada lima petapa muda, terdapat pula patung seekor rusa. Situs patung ini menceritakan Sidharta yang telah menjadi Buddha Gautama. Untuk pertama kalinya sang Buddha menyampaikan ajarannya kepada lima petapa di taman rusa Isipatana, India.
Situs Kelima
Patung Buddha Gautama dengan posisi tidur miring ke kanan. Patung sepanjang 14 meter tersebut menggambarkan sang Buddha Gautama meninggal secara sempurna (parinibbana).
Tempat lain yang menjadi daya tarik di vihara ini adalah miniature Candi Borobudur. Situs ini terlatak agak terpisah dari kompleks vihara dan rangkaian patung. Letaknya sekitar 200 meter di sebelah utara vihara. Miniatur Borobudur dibangun sebagai penghormatan kepada Bhante Sudhamo. Semasa hidupnya, Bhanda Sudhamo pernah becita-cita membangun miniatur bangunan candi yang menjadi salah satu keajaiban dunia tersebut. Di dalam miniatu Borobudur itulah letak makan Bhante Sudhamo.
Pada miniature tersebut hanya terdapat 49 stupa yang terdiri atas tiga susun. Bangunannya sangat mirip dengan bangunan aslinya yang terbuat dari batu hitam. Relief pada miniature candi Borobudur berupa gambar bhante Sudhamo.
Di depan halaman miniature Borobudur didirikan satu pedapa dengan ukuran khas Lasem serta dua rumah panggung khas Rembang yang bisa dijadikan tempat istirahat.
Bangunan puja bhakti terletak di pojok vihara. Bangunan berarsitektur semi-Romawi. Tiang penyangganya terbuat dari beton yang tinggi. Di dalam vihara terdapat altar puja bhakti yang berupa patung Buddha lengkap dengan persembahannya. Bangunan itu mampu menampung 200 orang.
(dikutip dari Koran tempo tanggal 28 Oktorber 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar